Pages

Senin, 23 Mei 2011

Tentang Sesuatu

Cinta...

Ah, lagi-lagi Kau bicara tentang cinta. Bicara yang lain sajalah kawan.

Kenapa Kau tak mau membicarakan cinta? Bukankah cinta selalu indah untuk dibahas?

Ya, Aku tau kawan. Tapi tolonglah, kali ini jangan bicara soal cinta. Kita bicara yang lain sajalah, oke???

Hmmm. Lalu apa y yang kan kita bicarakan? Ahaaa, bagaimana kalau kita bicara tentang hidup?

Alaaaah, macam apa pulanya tuh? Janganlah kau bicara yang memeras otak macam tu. Penat Aku.

Tidak kawan, kita bicara yang mudah sajalah. Bukankah hidup itu mudah?

Ah, Aku tidak mau. Bagiku hidup ini terlalu berat untuk dibicarakan, apalagi disiskusikan.

Mengapa Kau berpikir bahwa hidup ini berat, bukankah dulu Kau suka mengatakan padaku bahwa hidup ini adalah permainan, dan hidup juga sandiwara. Bukankah permainan itu menyenangkan?

Ya, Aku memang mengatakan bahwa hidup itu permainan. Hidup juga sandiwara. Di sanalah beratnya hidup. Permainan menuntut kita untuk menjadi orang yang pandai. Macam Kau ini lah.

Apa maksudmu? Aku sama sekali belum bisa memahaminya.

Hidup ini adalah sebuah permainan. Namun meski kita menyebutnya sebagai permainan, setiap sesinya adalah perlombaan. Nah, bukankah dalam perlombaan kita secara tidak langsung dituntut untuk menang. Tapi sungguh, sangat sedikit orang yang berpikir panjang dan memiliki tujuan, mengapa dia harus menang. Hidup juga adalah sandiwara. Ya, memang sandiwara. Setiap orang pasti senang memerankan peran yang sesuai dengan harapannya, dan begitu sebaliknya. Namun seringkali kita mendapatkan peran yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita pun dituntut untuk melakoninya dengan maksimal. Kita harus menjalani sesuai dengan skenario, harus beradaptasi dengan lawan main kita. Nah, yang membuat peran itu kadang terasa sulit, karena kita terlalu lama beradaptasi dengan skenario dan juga lawan main. Ada kalanya kita sudah cocok dengan jalan cerita, tiba-tiba skenario berganti sesuai dengan apa yang Sang Sutradara inginkan. Begitu pula dengan lawan main. Saat kita sudah merasa cocok dengan lawan main dalam satu episode, ada episode selanjutnya yang kita sudah harus berganti lawan main. Adapatasi lagi deh.
Yah, itulah kawan...eh, kenapa Aku jadi bercerita y? Hahaha...Kau memang pandai menjebakku....

Kamis, 19 Mei 2011

Flash Fiction? apa sih itu?....

Flash fiction sering disebut dengan nama lain “sudden fiction”, “micro fiction”, “postcard fiction” atau “short-short fiction”. Jenis fiksi ini adalah sub-genre dari cerita pendek (cerpen). Ciri khas dari genre ini adalah jumlah kata yang lebih sedikit. Cerpen yang biasa kita kenal memiliki jumlah kata berkisar 2.000-20.000 kata. Sedangkan flash fiction memiliki jumlah kata kurang dari 2000 kata, sehingga secara umum flash fiction yang ditulis akan berkisar antara 250-1500 kata. Sebagai panduan, biasanya flash fiction dimaksudkan untuk dibaca sekejab (flash), atau sepuntungan rokok.

Karena jumlah kata yang sedikit, seringkali flash fiction berbeda dalam elemen pembentuk cerita. Kalau dalam novel atau cerpen tradisional misalnya kita bisa membuat karakter baik protagonis, antagonis, setting, konflik, dan penyelesaian, seringkali karena sedikitnya kata yang bisa dipakai beberapa elemen ini bisa hilang.

Sebenarnya flash fiction sudah ada sejak lama, namun perkembangan internet dan blog yang menghendaki karya yang terus menerus diupdate maka flash fiction mulai mendapat tempatnya. Kemudian beberapa majalah mulai memuatnya, dan kemudian mulai merambah buku.

Versi lain dari flash fiction adalah micro fiction atau short-short fiction. Berbeda dengan yang lain, kalau kita membuat micro fiction maka semua elemen cerita harus muncul, yaitu karakter, setting, konflik dan penyelesaian. Ini lebih repot lagi. Kadang-kadang kalau dibaca, micro fiction ini malah terasa seperti puisi dalam bentuk prosa. Microfiction ini memiliki jumlah kata berkisar 300 kata.

Microfiction sudah pendek, ternyata ada yang lebih pendek lagi yaitu nanofiction. Nanofiction berasal dari istilah yang diperkenalkan oleh R. Sean Borgstrom untuk mendeskripsikan sesuatu yang dipakai dunia game. Mungkin beberapa tahun lalu kita pernah gemar memainkan permainan karu Magic:The Gathering. Kalau dilihat di bagian bawah kartu tertulis beberapa kata yang menceritakan tentang karakter yang ada pada kartu. Seperti itulah nanofiction. Walaupun cuma separagraf, kata-kata yang tercantum dalam kartu tersebut mendeskripsikan motif, atmosfer permainan, dan latar belakang karakter tersebut.

Beberapa jenis flash fiction terbentuk berdasar jumlah kata yang boleh dipakai. Misalnya 55 fiction dimana jumlah katanya harus 55 kata. Tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang (tidak termasuk judul). Kemudian ada Drabble dimana jumlah katanya harus 100 kata. Kalau dipikir-pikir, repot juga kalau harus menulis dibatasi sebanyak sekian kata. Semua kata harus dipikirkan kegunaannya supaya efektif. Tidak boleh membuat tulisan dengan gaya mendayu-dayu, karena bisa membuat kata-kata yang dipakai bertambah banyak.

Sumber: http://longjournal.wordpress.com/2008/05/11/apa-itu-flash-fiction

by : Robin Wijaya

Istilah-istilah dalam Pembuatan Skrip Film

Bagi teman-teman yang ingin belajar bikin skrip film, ini ada beberapa istilah yang bisa teman- teman unruk menambah pengetahuan tentang cara membuat skrip film. Diantaranya :


ACTION = Selain diartikan sebagai perintah sutradara saat pengambilan gambar, ACTION juga bisa diartikan sebagai gerak laku pemeran, yang terjadi dalam suatu adegan. Selain itu, kata ACTION juga bisa dipakai untuk menentukan jenis sebuah film, yang diartikan sebagai film laga.

BIG CLOSE UP (BCU) = pengambilan gambar pada jarak sangat dekat. Misalnya, dalam gambar orang hanya terlihat bibirnya saja. Contoh pemakaian dalam skenario, untuk menunjukkan sebuah cincin di jari manis tokoh, kita bisa pakai BCU untuk cincin. Namun jika ini sudah diperjelas dalam deskripsi, tidak perlu ditulis BCU lagi, sebab ini adalah tugas sutradara.


CLOSE UP (CU) = Pengambilan gambar pada jarak dekat. Dalam gambar orang terlihat wajahnya saja. Untuk pemakaian dalam skenario, CU bisa untuk menegaskan ekspresi tokoh. Namun, penggunaan CU sebisa mungkin untuk hal-hal yang sangat penting saja, misalnya menegaskan sebuah lirikan mata dan senyum sinis A pada B. Jika tidak terlalu penting, jangan gunakan tanda CU ini karena masalah shot adalah wilayah sutradara.


COMMERCIAL BREAK = Jeda dalam tayangan sinetron yang diisi iklan. Biasanya penulis skenario juga harus memperhitungkan saat jeda ini, dengan memberikan suspense pada cerita–sebelum commercial break–agar penonton tetap menunggu kelanjutan cerita kita, tanpa berpindah ke channel lain.

CREDIT TITLE = Penayangan nama tim kreatif dan para ahli, serta semua orang yang terlibat dalam pembuatan sinetron/ film tersebut.


CUT BACK TO = Transisi dengan tempo cepat, tapi kembali ke adegan/ lokasi yang telah dilihat sebelumnya. Contoh penggunaannya dalam skenario, misalnya seorang anak menangis karena terpisah dari ibunya di mal, CUT TO: Ibu sedang mencari anaknya dengan gelisah di sudut yang lain, maka ketika akan kembali ke gambar anak yang menangis tadi, yang saat ini mungkin sudah dibantu satpam, transisinya kita pakai CUT BACK TO.

CUT TO = Transisi/ peralihan dengan tempo yang cepat, misalnya untuk menggambarkan kejadian yang terjadi bersamaan tapi pada tempat yang berbeda. Atau juga kelanjutan adegan, tapi masih pada hari yang sama.


DISSOLVE TO = Transisi yang menunjukkan gambar menjadi kabur, kemudian masuk ke gambar adegan berikutnya. Dalam skenario, ini biasanya dipakai untuk menggambarkan sebuah mimpi, mengenang masa lalu, atau flash back, membayangkan sesutau yang akan terjadi.

DIALOG = Kalimat yang diciptakan oleh penulis skenario, yang nantinya diucapkan oleh seorang aktor. DIALOG harus mewakili peran, karakter, dan perasaan si tokoh dalam cerita.


DURASI = waktu tayang di televise sudah termasuk commercial break. Durasi yang umum: 30 menit, biasanya untuk sinetron serial komedi. Durasi 60 menit, biasanya untuk sinetron serial drama, durasi ni paling umum kita lihat di televise. Durasi 90 menit, biasanya untuk sinetron cerita lepas, semacam telesinema dan FTV.

ESTABLISHING SHOT = Biasa disingkat ESTABLISH saja, artinya pengambilan gambar secara penuh, terlihat secara keseluruhan. Biasanya pengambilan dari jarak jauh sehingga gambar terlihat kecil. Contoh, jika kita ingin memasuki setting sebuah kamar dalam rumah sakit, biasanya kita beri dulu ESTABLISH gedung rumah sakit secara keseluruhan. Namun, jika tempat itu sudah diperlihatkan secara keseluruhan, tidak perlu ada ESTABLISH berulang kali.
EXT. Singkatan dari EXTERIOR, biasanya dalam scenario ditulis pada deretan judul scene, untuk menunjukkan keterangan tempat di luar ruangan. Tulisan EXT. dan INT. bisa digabung menjadi misalnya: EXT./INT. yang menunjukkan adegan di jalanan/ dalam mobil. Bisa juga gabungan itu dipakai jika menunjukkan adegan pada teras sebuah rumah.

FADE OUT = Transisi gambar dari terang ke gelap dengan cara lambat.

FADE IN: Transisi gambar dari gelap ke terang dengan cara lambat. Dalam scenario, penulisan


FADE OUT dan FADE IN biasanya bersamaan untuk transisi yang menujukkan perubahan waktu, bisa dari malam ke pagi, atau dalam hitungan hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Selain menujukkan perubahan waktu, bisa juga menggambarkan perubahan keadaan dan perubahan lokasi.


FLASH BACK = Bisa diartikan sebagai kilas balik. Cerita yang kembali pada waktu sebelum kejadian berlangsung. FLASH BACK bisa menunjukkan kemunduran waktu beberapa tahun ke belakang, bisa juga hanya dalam waktu beberapa saat sebelumnya.

FREEZE = Menghentikan aksi atau bertahan pada posisi akhir adegan. Dalam penulisan scenario biasanya digunakan untuk akhir sebuah episode, di mana gambar berhenti mengakhiri sebuah cerita.Akhir cerita ini pada sinetron serial biasanya diambil gambar yang paling menegangkan sehingga akan terjadi suspense bagi penonton. FREEZE umumnya untuk gambar tokoh sentralnya.


INSERT: Sisispan adegan pendek dan singkat tapi penting, di dalam sebuah scene. Misalnya, pada adegan beberapa orang ngobrol di dalam ruang tamu, tiba-tiba di luar ada orang yang mengintip dan menguping pembicaraan mereka. Meskipun setting berubah, kita tak perlu membuat scene baru untuk adegan mengintip itu, cukup dengan INSERT saja.

INTERCUT = Perpindahan dengan cepat, dari satu adegan ke adegan lain yang berada dalam satu kesatuan cerita. Misalnya adegan telepon, dua setting yang bergantian ditampilkan, maka kita bisa menggunakan INTERCUT untuk pergantian cepat setiap dialog si penelepon dan orang yang ditelepon.


INT. = Singkatan dari INTERIOR, penulisannya dalam scenario sama dengan EXT., t5api ini untuk menujukkan keterangan tempat di dalam ruangan.

LONG SHOT (LS) = Pengambilan gambar pada jarak jauh. Biasanya untuk gambar yang harus terlihat keseluruhan. Misalnya gambar orang akan terlihat seluruh badan berikut latar belakangnya. Namun, jika tak terlalu penting jangan cantumkan LS dalam scenario karena sama seperti CU dan BCU, ini juga wewenang sutradara.


MAIN TITLE = Judul cerita pada sebuah tayangan sinetron/ film. Dalam penulisan scenario biasanya ditampilkan atau ditulis setelah adegan teaser. Dan dilanjutkan dengan penayangan credit titles.

MONTAGE = Beberapa gambar yang menujukkan adegan berkesinambungan dan mengalir, bisa beberapa lokasi yang berbeda, tapi menyatu dalam rangkaian. Dalam penulisan scenario, misalna seorang sedang putus cinta, maka ia mulai mengenang masa indahnya dulu bersama mantan kekasihnya. Dalam hal ini kita pakai MONTAGE dengan menampilkan beberapa adegan indah anatara si tokoh dan mantan kekasihnya ketika masih bersama, kita tampilkan mereka sedang berkejaran di pantai, lalu kita tampilkan juga saat mereka berduaan di taman bunga, lalu saat mereka saling menukar barang kenangan, dsb.


RATING = Ini kita istilahkan sebagai survey jumlah penonton yang menyaksikan tayangan di televise, dalam hal ini termasuk tayangan sinetron yang cerita dan skenarionya kita tulis. Survei ini dilakukan oleh sebuah lembaga bernama AC NIELSON, yang sudah diakui kredibilitasnya oleh masyarakat pertelevisian di Indonesia. Setiap minggunya pihak ini akan memebrikan lembaran hasil surveinya ke semua stasiun televise dan PH, di lembaran itu akan terlihat urutan tayangan mulai dari yang terbanyak penontonnya, hingga yang paling sedikit. RATING sampai saat ini masih menjadi tolok ukur tayangan di Indonesia. RATING tinggi berarti tayangan dianggap laku dan secara bisnis menguntungkan PH/ Broadcast, sehingga diproduksi terus, sebaliknya bila RATING rendah maka tayangan akan cepat dihentikan agar tidak merugikan produksi.

SCENE = Kata lain dari adegan, yaitu bagian terkecil dari sebuah cerita.


SCENARIO = Artinya sama dengan scenario, hanya masalah perbedaan bahasa saja, penulisan menggunakan “K” karena sudah diindonesiakan.

SCREENPLAY = Artinya juga sama dengan Scenario/ Skenario.


SCRIPTWRITER = Orang yang kerjanya membuat/ menulis scenario atau disebut juga Penulis Skenario.

SEQUENCE = Kata lain dari Babak, yaitu kumpulan dari beberapa adegan.


SLOW MOTION = Gerakan yang terlihat lebih lambat dari biasanya. Hal ini biasanya digunakan untuk menampilkan adegan yang sangat dramatis. Misalnya, adegan seorang tokoh ditembak dari belakang. Saat si tokoh jatuh, gerakan bisa saja dibuat SLOW MOTION agar lebih terkesan dan menyentuh perasaan penontonnya.

SOUND EFFECT = Biasanya dalam penulisan digunakan istilah FX, maksudnya suara yang dihasilkan di luar suara mausia dan ilustrasi musik. Misalnya, suara telepon berdering, bel tanda masuk sekolah, suara alat dapur berjatuhan, dsb.


SPLIT SCREEN = Dua adegan berbeda yang muncul pada satu layer. Bisa kita pisahkan dengan garis vertical atau horizontal. Pada penulisan dalam scenario bisa kita pakai saat ingin menggambarkan adegan telepon yang menampilkan ekspresi kedua tokoh secara bersama-sama.

TEASER = Adegan gebrakan, ditampilkan pada pembukaan/ awal cerita, yang tujuannya memancing penonton untuk menyaksikan kelanjutan cerita di belakangnya. Teaser bisa berupa sebuah scene/ adegan baru yang diciptakan oleh penulis scenario, bisa juga cuplikan adegan paling menarik/ konflik utama yang sudah ada dalam scenario.


VOICE OVER (VO) = Dialog yang terdengar tapi tidak tampak di gambar, misalnya terdengar orang berbicara dari ruang sebelah. Atau, bisa juga orangnya tampak, suaranya terdengar, tapi bibirnya tidak bergerak, jadi dia terlihat berbicara dalam hati.

Itu tadi beberapa istilah dalam pembuatan skrip film, semoga bermanfaat, kalau teman teman ada yang mau menambahkan silahkan.

by : mbak Eni Martini

Rabu, 18 Mei 2011

Curhat Jalan Raya, euy...

Apa sih yang pertama kali kamu pikirkan ketika mendengar kata Jalan? Jalan raya, jalan tikus, traffic light? Ah, itu sih hal biasa. Hal biasa yang setiap harinya kita temui. Meski setiap hari bertemu dengannya, sudahkah kita merasa akrab dengan jalan?

Sayangnya tidak. Walau tiada hari kita lewati dengan bertemu muka dengan benda-benda dan segala pernah pernik jalan, masih banyak hal yang seringkali buat kita tidak suka. Jalanan macet, jalanan berlubang, pengguna jalan yang tidak tertib, angkutan umum yang tumpah ruah diberbagai ruas jalan, polisi seringkali tanpa alasan atau seolah mencari-cari alasan untuk menilang dan masih banyak lagi yang lain masalah di jalan yang menyulut amarah.

Leutika dengan caranya, selalu menjadi ajang curhat yang bermanfaat. Kali ini bersama beberapa penulis menuangan berbagai uneg-uneg tentang kehidupan jalanan. Dalam buku yang berjudul Curhat Jalan Raya ini, para penulis mengisahkan berbagai macam cerita—yang hamper semua berupa kenegatifan jalanan. Buku setebal 208 halaman ini kebanyaka bercerita tentang betapa sangat tidak beraturnya kondisi jalanan di negeri kita.

Tidak perlu jauh-jauh. Lihat saja bagaimana konisi jalan disekitar rumah Anda. Macet? Jalan berlubang?

Ah, sudah biasa. Belum lagi keugalan para pengendara motor dan angkutan umum yang tidak jarang memakan korban luka-luka bahkan korban meninggal dunia. Betapa menyeramkannya, bukan?
Dengan hadirnya beragam masalah tersebut, pasti pernah terlintas dalam pikiran kita, “lalu bagaimana tindakan para aparat keamanan?” ahahay….Masalah klasik. Ada uang, ada jalan githu loh…Ini juga menjadi polemik yang tiada berkesudahan. Menjadi kedongkolan tersendiri di hati para pengguna jalan.

Selain berisi uneg-uneg, para penulis juga memberikan beberapa masukan atau saran. Baik kepada sesame pengguna jalan atau aparat yang berwenang. Harapannya aksi “demonstrasi ” ini dapat menyadarkan semua pihak, bahwa segala sesuatu yang tertib dan berjalan sesuai aturan akan menghasilkan sesuatu yang indah untuk semua.

Well, meski banyak kata-kata yang seperti perlu diedit ulang karena kesalahan pengetikan atau kendala bahasa penulis yang bergaya monoton, buku ini hadir dengan penuh manfaat. Seperti logonya, Leutika memang bukan penerbit biasa. Leutika bukan hanya penerbit yang menerima naskah, seleksi, dan menerbitkannya. Leutika juga ingin menjadi guru bagi para penulis pemula, dimana banyak sekali event-event yang diadakannya memacu otak untuk selalu berkreasi menghasilkan berbagai macam tulisan yang unik, segar, dan bermanfaat tentunya.

Semoga para pembaca bisa mengambil banyak pelajaran dari buku ini, apalagi kalau yang membaca bapak-bapak “berkursi”…hmmm, tolong donk Pak, jangan hanya dibaca tapi juga direalisasikan segala usulan-usulan baiknya…oke???...


Judul Buku : Curhat Jalan Raya
penulis : Oci ym, dkk
Penerbit : Leutika Publisher